This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 06 April 2013

KOMUNIKASI TERAPEUTIK YANG EFEKTIF DALAM KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN

Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan paling bermakna dalam perilaku manusia, apalagi sebagai tenaga profesional seperti perawat dan bidan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam memberikan asuhan kepada setiap kliennya.
Hay dan Larson (dikutip dari Towsend, 1996) mengidentifikasikan sejumlah teknik yang dapat membantu dalam melakukan interaksi yang lebih terapeutik dengan kliennya. teknik ini dikenal dengan nama Teknik Komunikasi Terapeutik.
sebgai bidan harus mampu menguasai teknik komunikasi ini karena dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, bidan akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya (trust) dengan klien. dampak selanjutnya adalah memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan.

Menurut Stuart dan Sundeen jugan Linberg, Hunter dan Kruszweski (dikutip dari Hamid, 1996) tujuan terapeutik yang diarahkan kepada pertumbuhan klien meliputi hal-hal sebagai berikut:

  1. Realisasi, penerimaan dan rasa hormat terhadap diri sendiri.
  2. Identitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi
  3. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim serta saling ketergantungan dan mencintai
  4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta tujuan personal yang realistis.
Hubungan anatara bidan dengan kliennya merupakan hubungan terapeutik sebagaimana halnya hibingan yang terjadi antara perawat dengan klien, dan bukan merupakan hubungan sosial. Hubungan terapeutik anatar bidan dan klien adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik.

Proses Komunikasi yang Efektif
Proses komunikasi terapeutik yang efektif antara bidan/perawat dengan kliennya dapat dibagi menjadi empat fase sebagai berikut :

  1. Fase pra-interaksi, dimulai sebelum kontak pertama dengan klien
  2. Fase orientasi, dimulai pada kontak pertama dengan klien
  3. Fase kerja, bidan danklien mengeksplorasi stresor yang tepat dan mendukung perkembangan kesadaran dri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan klien
  4. Fase Terminasi, fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik karena hubungan saling percaya dan hubungan intim terapeutik sudah terbina dan berada pada tingkat optimal

Tabel 1. Tugas bidan pada setiap fase
Fase Tugas
Pra-Interaksi Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri. Analisis kekuatan dan kelemahan profesional diri. Dapatkan data awal tentang klien jika mungkin. Buat rencana pertemuan pertama.
Orientasi Tentukan alasan klien meminta pertolongan. Bina hubungan saling percaya, penerimaan, dan komunikasi terbuka. Rumuskan kontrak bersama klien. Eksplorasi pikiran, perasaan dan perbuatan klien. Identifikasi masalah klien. Rumuskan tujuan bersama klien.
Kerja Eksplorasi stresor yang tepat. Dukung perkembangan kesadaran diri klien pada pemakaian mekanisme koping yang konstruktif. Atasi penolakan perilaku maladaptif.
Terminasi Ciptakan realitas perpisahan. Bicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan. Saling mengeksplorasi perasaan penolakan dan kehilangan, sedih, marah serta perilaku lain.

Tabel

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI II


Tindakan untuk Mengatasi Masalah Kebutuhan Oksigenasi
1.      Latihan napas
Merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk, dan dapat mengurangi stress.

Prosedur Kerja :
  1. Cuci tangan
  2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
  3. Atur posisi (duduk atau tidur telentang)
  4. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas terlebih dahulu melalui hidung dengan mulut tertutup
  5. Kemudian anjurkan pasien untuk menahan napas sekitar 1-1,5 detik dan disusul dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup
  6. Catat respon yang terjadi
  7. Cuci tangan


2.      Latihan batuk efektif
Merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan jalan napas (laring, trachea, dan bronkhiolus) dari secret atau benda asing.

Prosedur Kerja:
  1. Cuci tangan
  2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
  3. Atur posisi dengan duduk di tepi tempat tidur dan membungkuk ke depan
  4. Anjurkan untuk menarik napas, secara pelan dan dalam, dengan menggunakan pernapasan diafragma
  5. Setelah itu tahan napas selama ± 2 detik
  6. Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka
  7. Tarik napas dengan ringan
  8. Istirahat
  9. Catat respons yang terjadi
  10. Cuci tangan


3.      Pemberian oksigen
Merupakan pemberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mencagah terjadinya hipoksia.

Persiapan Alat dan Bahan:
  1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
  2. Nasal kateter, kanula, atau masker
  3. Vaselin,/lubrikan atau pelumas (jelly)

Prosedur Kerja:
  1. Cuci tangan
  2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
  3. Cek flowmeter dan humidifier
  4. Hidupkan tabung oksigen
  5. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien
  6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker
  7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu berikan lubrikan dan masukkan
  8. Catat pemberian dan lakukan observasi
  9. Cuci tangan


4.      Fisioterapi dada
Merupakan melakukan tindakan postural drainage, clapping, dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan untuk meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas.

Persiapan Alat dan Bahan:
  1. Pot sputum berisi desinfektan
  2. Kertas tisu
  3. Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage)
  4. Satu bantal (untuk postural drainage)


Prosedur Kerja:
Postural drainage
  1. Cuci tangan
  2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
  3. Miringkan pasien kekiri (untuk membersihkan bagian paru-paru kanan)
  4. Miringkan pasien kekanan (untuk membersihkan badian paru-paru kiri)
  5. Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang kanan disokong satu bantal (untuk membersihkan bagian lobus tengah)
  6. Lakukan postural drainage ± 10-15 menit
  7. Observasi tanda vital selama prosedur
  8. Setelah pelaksanaan postural drainage, dilakukan clapping, vibrating, dan suction
  9. Lakukan hingga lendir bersih
  10. Catat respons yang terjadi
  11. Cuci tangan


Clapping
  1. Cuci tangan
  2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
  3. Atur posisi pasien sesuai dengan kodisinya
  4. Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk punggung pasien secara bergantian hingga ada rangsangan batuk
  5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum pada pot sputum
  6. Lakukan hingga lender bersih
  7. Catat respons yang terjadi
  8. Cuci tangan


Vibrating
  1. Cuci tangan
  2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
  3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
  4. Lakukan vibrating dengan cara menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan meminta pasien untuk mengularkan napas perlahan-lahan. Untuk itu, letakkan kedua tangan diatas bagian samping depan dari cekungan iga dan getarkan secara perlahan-lahan.hal tersebut dilakukan secara berkali-kali hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan sputum
  5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum pada pot sputum
  6. Lakukan hingga lendir bersih
  7. Catat respons yang terjadi
  8. Cuci tangan


5.      Pengisapan lendir (suction)
Merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri dengan melakukan penghisapan (suction) untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.

Persiapan Alat dan Bahan:
  1. Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan
  2. Kateter pengisap lendir
  3. Pinset steril
  4. Sarung tangan steril
  5. Dua buah kom berisi laturan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
  6. Kasa steril
  7. Kertas tisu

Prosedur Kerja:
  1. Cuci tangan
  2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan diaksanakan
  3. Atur pasien dalam posisi telentang dan kepala miring kearah perawat
  4. Gunakan sarung tangan
  5. Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
  6. Hidupkan mesin penghisap
  7. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukkna kateter pengisap ke dalam kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa
  8. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
  9. Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
  10. Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
  11. Lakukan hingga lendir bersih
  12. Catat respons yang terjadi
  13. Cuci tangan



Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More