Kamis, 04 April 2013

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI



Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi
1.      Saluran Pernapasan Bagian Atas
Hidung
Proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung. Pada hidung terdapat nares anterior (saluran di dalam lubang hidung) yang mengandung kelenjar sebaseus dan ditutupi rambut yang kasar. bagian ini bermuara ke rongga hidung, sebagai bagian hidung lainnya, yang dilapisi oleh selaput lendir dan mengandung pembuluh darah. Udara yang masuk melalui hidung akan disaring oleh rarmbut yang ada di dalam vestibulum (bagian rongga hidung) kemudian dihangatkan dan dilembabkan
Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak sampai dengan esofagus. yang terletak di belakang hidung (nasofaring) di belakang mulut (orofaring) dan dibelakang laring (laringofaring).
Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligament dan membrane yang terdiri atas dua lamina yang bersambung di gari tengah.
Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring saat proses menelan.

2.      Saluran Pernapasan Bagian Bawah
Saluran ini berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan.
Trakea
Trakea (batang tenggorok) merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea memiliki panjang ± 9 cm dan tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap yang berupa cincin. Trakea dilapisi oleh selaput lendir dan epithelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
Bronkus
Bronkus merupakan kelanjutan dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri. Bronkus kanan memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah. Sedangkan Bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah. Saluran setelah bronkus adalah bagian percabangan yang disebut bronkiolus.

3.      Paru
Paru merupakan organ utama dalam system pernapasan. Paru terletak di dalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura yaitu pleura parfetalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan.
Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri dua bagian (paru kanan dan kiri) dan pada bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastic, berposi dan memiliki fungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.

Proses Oksigenasi
1.      Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
  1. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer, semakin tinggi tempat, maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
  2. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh system saraf otonom. Sistem saraf tersebut terdiri atas system saraf simpatis dan parasimpatis. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan. Adapun baiknya kondisi jalan disebabkan oleh adanya peran mucus siliaris sebagai penangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat mengikat virus. Selain itu juga dipengaruhi oleh adanya refleks batuk dan muntah
  3. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis. Kemampuan paru-paru untuk mengembang disebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksinya paru-paru.
Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan pons dapat dipengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2 dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila paCO2 kurang dari sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.

2.      Difusi Gas
merupakan pertukaran antara O2 dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO2 dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

  1. Luasnya permukaan paru-paru
  2. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial.
  3. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
  4. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
3.      Transportasi gas
merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%). Sedangkan CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO3 berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
a.      Kardiak output, dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.
b.      Kondisi pembuluh darah, latuhan dan aktivitas seperti olah raga, dan lain-lain.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigenasi

  1. Saraf Otonom. Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat memengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmitter (simpatis mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi; parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkokonstirksi) karena pada saluran pernapasan terdapat reseptor adrenergik dan reseptor kolinergik.
  2. Hormonal dan Obat. Semua hormon termasuk devirat katekolamin dapat melebarkan saluran pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti sulfas atropine, ekstrak Belladona dan obat yang menghambat adrenergic tipe beta (khususnya beta-2) dapat mempersempit saluran napas (bronkokontriksi) seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif.
  3. Alergi pada saluran napas. Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan dan lain-lain.
  4. Faktor perkembangan. Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi karena usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak.
  5. Faktor lingkungan. Kondisi lingkungan yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.
  6. Faktor perilaku. Perilaku yang di maksud diantaranya adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi), seperti orang obesitas dapat mempengaruhi dalam proses pengembangan paru, kemudian perilaku aktivitas, seperti perilaku merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah dan lain-lain.

Gangguan / Masalah Kebutuhan Oksigenasi
1.       Hipoksia
merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan karena menurunnya kadar Hb, menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau ganguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.
2.      Perubahan Pola Pernapasan

  • Tachypnea, merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadi emboli.
  • Bradypnea, merupakan pola pernapasan yang lambat abnormal, ± 10 kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intracranial yang di sertai narkotik atau sedatif.
  • Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme tubuh yang melampau tinggi dengan pernapasan lebih cepat dan dalam, sehingga terjadi peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru. Proses ini di tandai adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-lain.
  • Kusmaul, merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolic.
  • Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen dengan ditandai adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi atau ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis, otot-otot pernafasan lumpuh, depresi pusat pernafasan, tahanan jalan udara pernafasan meningkat, tahanan jaringan paru dan toraks menurun, compliance paru dan toraks menurun.
  • Dispnea, merupakan perasaan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/ jaringan, kerja berat/ berlebuhan, dan pengaruh psikis.
  • Orthopnea, merupakan kesulitan bernapas kecuali pada posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongesif paru-paru.
  • Cheyne stokes, merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula nik kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dari siklus baru. Periode apnea berulang secara teratur.
  • Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan dimana dinding paru-paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Sering di temukan pada keadaan atelektasis.
  • Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes, akan tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan intracranial yang meningkat, trauma kepala dan lain-lain.
  • Stridor, merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya ditmukan pada kasus spasme trachea atau obstruksi laring.
3.      Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi pada induvidu dengan pernapasan yang mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dpat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi; immobilisasi; statis skreasi; serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti cerebro vascular accident (CVA), akibat efek pengobatan sedative, dan lain-lain.
Tanda klinis:
1)      Batuk tidak efektif atau tidak ada
2)      Tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas
3)      Suara napas menunjukkan adanya sumbatan
4)      Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal

4.      Pertukaran gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida, antar alveoli paru-paru dan system vascular. Hal ini dapat disebabkan oleh secret yang kental atau immobilisasi akibat system saraf; depresi susunan saraf pusat; atau penyakit radang pada paru-paru.
Tanda klinis:
a)      Dispnea pada usaha napas
b)      Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang
c)      Agistasi
d)      Lelah, letargi
e)      Meningkatnya tahanan vascular paru-paru
f)       Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya PaCO2
g)      Sianosis


Sumber :
Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More