A. PENDAHULUAN
Melatih kepekaan observasi adalah keteramoilan dasar dalam membina komunikasi efektif. Yang perlu kita observasi adalah tingkah laku verbal, non verbal dan kesenjangan antara tingkah laku verbal dan non verbal.
Bidan perlu mengamatu tingkah laku verbal dan non verbal untuk mengidentifikasi pesan- pesan yang tidak sinkron/ tidak sejalan dan campur aduk. Seorang bidan yang tajam pengamatannya akan mengetahui bahwa ada beberapa konflik atau ketidaksesuaian antara tingkah laku verbal dan non verbal, antara apa yang diucapkan dan dikerjakan.
B. PENYAJIAN
1. Keterampilan Observasi
a. Tingkah laku/komunikasi non verbal
1) Komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Dengan kata lain komunikasi verbal dan non verbal merupakan kegiatan yang saling melengkapi dan selalu dilakukan secara bersamaan. Komunikasi nin verbal dapat berbentuk bahasa tubuh, tanda, tindakan/ perbuatan atau objek.
a) Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh ini meliputi ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, postur tubuh dan gaya gaya berjalan, sound, gerak isyarat.
b) Tanda
Tanda dalam komunikasi non verbal menggantikan kata- kata misalnya bendera, rambu- rambu lalu lintas, dsb.
c) Tindakan atau perbuatan
Tindakan atau perbuatan secara khusus tidak menggantikan kata- kata tetapi mengandung makna, misalnya pakaian, aksesori dandan, dll. Dari pakaian atau aksesoris dandanan maka bisa kita ketahui sosial ekonomi atau gaya orang tersebut.
d) Objek
Objek juga secara khusus tidak mengganti kata tetapi mempunyai makna, misalnya pakaian, aksesori dandan, dll. Dari pakaian atau aksesoris dandanan maka bisa kita ketahui sosial ekonomi atau gaya orang tesebut.
e) Warna
Kita sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana emosional, citra rasa, keyakinan agama, politik dll. Di Indonesia warna merah muda adalah feminin ( warna roamntis, jatuh cinta ), warna biru adalah maskulin, warna hijau sering diasosiasikan dengan islam dan muslim karena dipercaya sebagai warna surga, warna putih sebagai warna suci, murni dan bersih.
f) Fungsi komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal dapat berfungsi untuk
· Melengkapi komunikasi verbal
Misalkan ada anak kecil yang bertengkar maka, selain dengan kata- kata kita melerai biasanya diikuti dengan mata yang melotot.
· Menekankan komunikasi verbal
Misalkan dalam suatu rapat ada orang yang tidak sependapat maka dia berkata saya akan out dari ruangan sambil menutup pintu keras- keras.
· Membesar- besarkan komunikasi non verbal
Misalkan bercerita tentang gurila yang tubuhnya besar sambil melebar- lebarkan tangannya kesamping
· Melawan komunikasi verbal
Misalnya saat orang mengatakan tidak malu tetapi pipi dan wajahnya memerah
· Meniadakan komunikasi non verbal
Misalnya kita dipaksa untuk memberikan uang lalu kita katakan ini uangnya sambil memasukkan uang itu ke saku.
2) Komunikasi verbal
Adalah komunikasi yang menggunakan kata- kata, entah lisan maupun tertulis. Melalui kata- kata, perasaan, emosi, pemikiran, gagasan bisa diungkapkan. Dalam komunikasi verbal ini bahasa memegang peranan penting. Bahasa verbal merupakan sarana utama untuk menyatakan perasaan, pikiran dan maksud kita. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti bagaimana perasaan, pikiran dan maksud kita. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti bagaimana bahasa bisa muncul dimuka bumi ini. Menurut Lary L. Barker bahasa memiliki 3 fungsi yaitu penamaan, interaksi dan transmisi informasi ( Mulyana, 2007 ).
Komunikasi verbal menyangkut beberapa aspek , yakni : vocabulary ( perbendaharaan kata- kata ), racing ( kecepataan ), intonasi suara, humor, singkat, timing ( waktu yang tepat )
b. Pengamatan dan Penafsiran Interprestasi
Pengamatan objektif adalah berbagai tingkah laku yang bisa kita lihat dan kita dengar. Penafsiran atau interpretasi adalah kesan terhadap apa yang kita lihat dan kita dengar. Interpretasi dapat diartikan sebagai suatu usaha konselor untuk memberitahukan suatu arti kepada konseli.
Tahap- tahap interpretasi meliputi :
1) Refleksi perasaan, yaitu konselor tidak pergi jauh dari apa yang dikatakan klien, dengan refleksi perasaan apa yang ada dihati klien didengar oleh konselor.
2) Klarifikasi yaitu menjelaskan apa yang tersirat dalam perkataan klien.
3) Refleksi yaitu penilaian konselor terhadap apa yang diungkapkkan klien.
4) Konfrontasi yaitu konselor membawa kepada perhatian cita- cita dan perasaan klien yang tersirat tetapi tidak disadari.
5) Interpretasi yaitu konselor memperkenalkan konsep- konsep, hubungan dan pertalian baru yang berakar dalam pengalaman klien.
c. Keterampilan Membina Hubungan Baik
Dalam konseling, bidan yang baik adalah bidan yang selalu berusaha untuk membina hubungan baik dengan klien. Dan ini akan terjadi bila ada kerjasama diantara keduanya. Keterampilan membina hubungan baik merupakan dasar dari proses kmonikasi interpersonal bidan dengan klien, dengan petugas kesehatan yang lain, tokoh masyarakat dan sebagainya. Dalam membina hubungan baik perlu memberikan dukungan atau motivasi kepada klien.
1) Tiga hal penting yang perlu diperhatikan agar hubungan baik mantap.
a) Menunjukkan tanda perhatian verbal
b) Menjalin kerjasama
c) Memberikan respon yang positif, pujian, dukungan.
2) Sikap dan perilaku dasar yang dibutuhkan
Keterampilan membina hubunganh baik merupakan dasar dari komunikasi interpersonal. Membina hubungan baik bisa kita awali dengan sikap hangat, menghormati, menerima klien apa adanya, empati dan tulus. Hubungan baik harus dimulai sejak awal hubungan dan tetap dipertahankan seterusnya. Perilaku bidan yang mendukung terciptanya hubungan baik antara lain : Memberi salam dengan ramah, mempersilahkan duduk, tidak memotong pembicaraan, menjaga kerahasiaan klien, tidak menilai klien dll. Selain itu sikap yang perlu dimiliki adalah SOLER yang merupakan singkatan dari :
S : Face your squaerely ( mengahadap ke klien ) dan /nod at client senyum / mengangguk ke klien )
O : open and non judgemental facial expressio ( ekspresi muka menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai )
L : Lean towards client/ tubuh condong ke klien
E : Eye contact in aculturally acceptable manner/ kontak mata sesuai cara, budaya setempat.
R : Relaxed and freindy manner ( santai dan sikap bersahabat )
3) Beberapa sikap yang bisa diamati dalam membina hubungan baik
( Sumber : Tarigan, 2002 )
No
|
Tingkah Laku Yang Diamati
|
Ya
|
Tidak
|
catatan
|
1.
|
Menyediakan lingkungan fisik yang dapat membuat klien merasa nyaman.
| |||
2.
|
Menyambut dan mempersilahkan duduk dengan ramah
| |||
3.
|
Duduk menghadap klien.
| |||
4.
|
Senyum dan mengangguk
| |||
5.
|
Ekspresi wajah menunjukkan mendengar dengan penuh perhatian
| |||
6.
|
Tubuh condong ke klien
| |||
7.
|
Kontak mata/ tatapan mata sesuai yang diterima budaya setempat
| |||
8.
|
Santai dan sikap bersahabat
| |||
9.
|
Volume suara memadai
| |||
10.
|
Intonasi dan kecepatan berbicara memadai
| |||
11.
|
Memberi pujian/dikungan
| |||
12.
|
Menyampaikan akan menjaga kerahasiaan
| |||
13.
|
Tidak mengintererupsi/memotong pembicaraan klien
| |||
14.
|
Tidak melakukan penilaian ( menyalahkan, komentar negatif )
| |||
15.
|
Menanyakan alasan kedatangan klien
| |||
16.
|
Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien
|
d. Mendengar Aktif
Menjadi pendengar aktif bagi konselor sangat penting karena :
1) Menunjukkan kepedulian
2) Merangsang dan memberanikan klien bereaksi secara spontan terhadap konselor,
3) Menimbulkan situasi yang mengajarkan,
4) Klien membutuhkan gagasan- gagasan baru
Untuk mencapai tujuan dari komunikasi perlu saling memahami dan saling mendengarkan. Dalam komunikasi terapeutik bidan perlu mempelajari keterampilan mendengar aktif.
Untuk menjadi pendengar yang baik konselor harus memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Mampu berhubungan dengan orang diluar kalangannya
2) Mempunyai cara- cara untuk membantu klien
3) Memperlakukan klien untuk menimbulkan respon yang bermakna
4) Bertanggung jawab bersama klien dalam konseling
Dalam komunikasi interpersonal konseling ada 4 bentuk mendengarkan yang bisa digunakan sesuai situasi yang dihadapi
1) Mendengar pasif ( diam )
Mendengarkan memerlukan keterampilan dan latihan yang terus- menerus , dengan mendengarkan kita akan memperoleh informasi yang lengkap dari klien. Meskipun ini memerlukan kesabaran. Di Indonesia mendengar pasif biasanya dilakukan saat klien menceritakan masalahnya, berbicara tanpa henti, mengebu- gebu dengan perasaan kesal atau sedih, saat klien berhenti bicara sejenak, konselor dapat diam untuk memberi kesempatan klien berpikir dan menenangkan diri.
2) Memberi tanda perhatian verbal
Konselor perlu memberikan respon pada klien dengan menggunakan kata- kata atau perhatian verbal. Hal ini dilakukan untuk memberikan motivasi pada klien agar semangat dalam berbicara.
3) Membuka pembicaraan, undangan untuk berbicara ( mengajukan pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi )
Mengajukan pertanyaan dilakukan apabila konselor belum puas dengan jawaban yang diberikan klien, perlu klarfikasi mengenai hal yang diungkapkan klien, menandakan konselor mengikuti alur pembicaraan klien.
4) Mendengar aktif : memberikan umpan balik/ merefleksikan isi ucapan dan perasaan yaitu merangkum, merefleksikan isi uacapan ( paraphrasing ) dan refleksi perasaan.
e. Kemampuan Bertanya
Bertanya merupakan keterampilan yang cukup penting dan strategis dalam proses komunikasi baik dalam memulai, selama proses atau ataupun dalam mengakhiri.
Keterampilan bertanya dapat dikembangkan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1) Perhatikan suasana konseling klien
2) Kuasai materi yang berkaitan dengan pertanyaan
3) Ajukan pertanyaan dengan cara yang jelas dan terarah, serta tidak keluar dari topik
4) Segera beri respon/ umpan balik terhadap jawaban pertanyaan yang diajukan dengan sikap yang baik dan empati.
Jenis pertanyaan :
1) Pertanyaan tertutup : pertanyaan tertutup yang jawabannya sudah pasti dan ini biasanya hanya membutuhkan jawaban “ ya atau Tidak’ untuk mengumpulkan informasi yang faktual ( biasanya diawal percakapan ).
2) Pertanyaan terbuka : merupakan pertanyaan yang menuntut jawaban yang menungkinkan adanya berbagai macam jawaban, dan memberi kebebasan menjawab pada klien. Ini akan menuntut partisipasi aktif dari klien dan merupakan cara efektif untuk menggali informasi dari klien.
3) Pertanyaan mendalam : dimaksudkan untuk menggali lebih mkendalam apa yang sudah diungkapkan oleh klien, sehingga informasi didapat secara lengkap dan mendetail. Melengkapi dan menggali lebih dalam hal- hal yang diperlukan, terutama yang bersifat privasi, untuk melakukan ini memerlukan pendekatan dan keakraban dan didasarkan saling percaya, dimana ini memerlukan teknik yang khusus agar tidak bias.
4) Pertanyaan mengarahkan/sugestif : mengarahkan berarti Bidan mengarahkan apa yang dibicarakan klien. Tidak selalu tepat digunakan pada berbagai kondisi. Pertanyaan mengarahkan ini sebaiknya dihindari oleh Bidan dan biarkan klien mengungkapkan perasaannya secara spontan.
Bertanya efektif :
Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan agar Bidan bisa bertanya secara efektif :
1) Gunakan intonasi suara yang menunjukkan perhatian, minat dan keakraban. Jangan terlalu cepat/lambat atau terlalu keras/ lemah. Karena suara yang terlalu lemah dan lambat akan susah didengar dan sering membuat ngantuk karena seolah- olah kita dibuai oleh suara seperti itu. Begitu pula suara yang terlalu keras akan membuat telinga sakit dan mengurangi konsentrasi untuk mendengar.
2) Gunakan kata- kata yang difahami klien, karena bahsa- bahasa ilmiah yang tidak dipahami klien tidak akan bisa terjadi atau bahkan menyebabkan salah arti. Ini sering terjadi pada bidan- bidan diawal pekerjaannya. Istilah- istilah kebidanan sering digunakan untuk berkomunikasi dengan klien yang tidak memahami istilah tersebut.
3) Ajukan pertanyaan satu persatu. Jangan mengajukan beberapa pertanyaan sekaligus. Karena ini tidak efektif kadang klien hanya ingat pertanyaan yang terakhir saja sehingga kita harus mengulang- ulang lagi. Sehingga ajukan pertanyaan satu persatu agar bisa terjawab sesuai apa yang kita butuhkan.
4) Tunggu jawaban dengan penuh minat, jangan memotong. Biarkan klien menyelesaikan kalimatnya karena pemotongan ditengah kalimat bisa menimbulkan salah persepsi.
5) Gunakan kata- kata yang mendorong klien untuk tetap bicara. Dengan demikian klien merasa diperhatikan dan lebih semangat untuk mengungkapkan pembicaraannya.
6) Bila harus menanyakan hal yang sangat pribadi, jelaskan mengapa hal itu harus ditanya. Kadang- kadang klien malu untuk mengungkapkan dan menutupi hal- hal tersebut. Dengan penjelasan bahwa hal itu untuk tujuan penyembuhan dll maka klien akan mengungkapkan secara sukarela dan terbuka.
7) Hindari penggunaan kata tanya “ mengapa “ karena kemungkinan kita dapat merasa disahkan.